DUNIA LAEN

Dentang Sayap Api Semeru

Dentang Sayap Api Semeru
Ranu Kumbolo malam itu bukan lagi sekadar tempat persinggahan—ia berubah menjadi arena sunyi tempat 178 jiwa berdiri di antara dua dunia: dunia manusia, dan dunia gunung yang tengah terbangun dari tidur kunonya.

Ketika Semeru meledakkan napas pertamanya, langit bergetar seperti genderang perang para dewa. Cahaya merah membelah kabut, memantulkan siluet para pendaki yang berkumpul di tepi danau. Di permukaan air yang berkilau gelap, tercermin wajah-wajah yang menunggu perintah takdir.

Para Penjaga Alam berdiri di hadapan mereka, mantel hujan berkibar diterpa angin dingin.
“Tidak ada yang turun malam ini,” ujar salah satu penjaga, suaranya menggelegar seolah dibungkus kekuatan gunung itu sendiri. “Gelap ini bukan sekadar malam. Ia adalah batas yang tak terlihat. Siapa yang memaksanya, akan hilang tanpa nama.”

Semeru kembali mengaum. Dari kejauhan, guguran awan panas meluncur seperti naga api menuruni lereng tenggara. Namun arah itu bukan jalan para pengembara di Ranu Kumbolo. Meski aman, rasa kecil di hadapan kekuatan alam membuat dada terasa sesak.

Hujan turun seperti panah-perak yang ditembakkan dari langit. Tenda-tenda bergoyang. Api unggun mengecil namun tak padam—api kecil yang menolak tunduk pada malam.

Di tengah kekacauan lembut itu, ada yang berdoa, ada yang menatap kosong, dan ada yang menggenggam erat tali ransel seolah itu satu-satunya janji untuk pulang.
Namun satu hal menyatukan mereka: tak ada yang mundur. Tak ada yang menyerah pada suara gunung.

Danau itu menjadi kubah perlindungan.
Langit menjadi tirai yang menahan rahasia.
Gunung menjadi penjaga sekaligus penguji keberanian.

Ketika fajar nanti terbit—pukul delapan tepat, kata para penjaga—mereka akan turun bersama. Menembus kabut, menapaki jalur yang basah oleh hujan dan getaran magma, meninggalkan Ranu Kumbolo sebagai saksi bisu keberanian mereka.

Malam itu, di hadapan Semeru yang berapi, 178 jiwa tidak hanya bertahan.
Mereka menjadi legenda kecil yang ditulis di pinggir napas gunung besar.